Setitik Kilas Sejarah Sumur Kumbang, Tiap Tahun Wajib Gelar Upacara Sakral

Jumat, 05 Agustus 2022

Setitik Kilas Sejarah Sumur Kumbang, Tiap Tahun Wajib Gelar Upacara Sakral

Jumat, 05 Agustus 2022,

Upacara Ruwat Bumi Desa Sumur Kumbang, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. (Foto : Dok.Kmf-LS).



KALIANDA, BONGKARSELATAN.COM –  Desa Sumur Kumbang, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan (Lamsel) memiliki cerita melegenda, hingga meninggalkan tradisi yang kerap disebut upacara adat ruwat Bumi Desa Sumur Kumbang.


Karena dianggap sakral, setiap tahunnya masyarakat di desa yang letak teritorialnya dibawah lereng Gunung Rajabasa ini tak pernah absen mengadakan kegiatan upacara ruwat tersebut. Kegiatan ini melibatkan seluruh warga masyarakat di Desa Sumur Kumbang. Terlebih, bagi para tokoh-tokohnya yang sampai saat ini masih menjadi tauladan mengenai kelestarian tradisi itu.


Adanya kegiatan sakral demikian, tentu saja merupakan tradisi turun menururn. Yakni sebagai warisan kegiatan adat yang telah dilakukan oleh para leluhur di desa itu. Kendati kerap mendapatkan presepsi miring dari sejumlah pihak, mengenai adanya cerita legenda yang memiliki keterkaitan dengan hal ghaib dan diluar nalar.


Namun, adanya sejumlah prsepsi miring itu tidak menyurutkan niat warga Desa Sumur Kumbang untuk terus melesatarikan tradisi leluhur Upacara Ruwat Bumi Desa Sumur Kumbang, dan selalu memperingatinya setiap tahun. Maka, memasuki era kemajuan zaman, masyarakat setempat mengembangkan presepsi bahwa upacara ruwat itu adalah merupakan bentuk rasa syukur masyarakat di desa atas hasil bumi yang telah diperoleh setiap tahunnya. Didalam kegiatannya, juga diisi dengan kegiatan keagamaan dan doa bersama.


Berdasarkan informasi yang dihimpun tim Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Lamsel saat melakukan sejumlah observasi di Desa Sumur Kumbang, ternyata digelarnya upacara Ruwat Bumi pada masa lampau  adalah sebagai bentuk upaya leluhur untuk terhindar dari serangan penyakit.


Salah seorang tokoh masyarakat, yang kerap disebut sesepuh Desa Sumur Kumbang, Abah Santika menjelaskan, tradisi sedekah bumi atau dikenal juga dengan ruwat bumi merupakan bentuk rasa syukur masyarakat desa atas hasil bumi yang telah diperoleh.

Salah seorang tokoh masyarakat, yang kerap disebut sesepuh Desa Sumur Kumbang, Abah Santika saat diwawancarai tim Diskominfo Lamsel.


Namun sebelum itu, konon katanya terdapat cerita yang cukup melegenda dibalik dilaksanakannya Upacara Adat Ruwat Bumi. Tradisi ini bermula dari tahun 1837, dimana saat itu seperti yang dikatakan oleh orang terdahulu, Desa Sumur Kumbang masih sangat rawan akan penyakit yang tiba-tiba menyerang orang yang menanam segala jenis tanaman tanpa permisi di desa tersebut.


“Tahun 1837 mulai pertama diadakan oleh orang tua kita dulu, terus berenti terus berhenti di tahun 1840 mulai lagi tahun 1848. Karena berhenti itu timbulnya penyakit, kata orang dulu tradisi harus dimulai lagi sedekah bumi,” jelasnya saat ditemui di kediamannya yang berlokasi di Desa Sumur Kumbang, pada Selasa (26/7/2022).


Oleh karenanya, untuk menghalau terjadinya hal-hal sial dan kemalangan lainnya, lanjut Abah Santika, para orang zaman dahulu melakukan ritual Upacara Adat Ruwat Bumi. Yang mana, pada ritual tersebut disiapkan juga sesajen untuk diberikan kepada roh-roh terdahulu.


“Dulunya ini kata orang tua, disini ini rawan. Siapa yang masuk kesini, nanem apa saja, paling lamanya 3 bulan, pulang, sakit, meninggal. Selain dengan orang tua kita zaman dulu itu, uyut sapid namanya, dibacain supaya kampung ini aman, sejahtera,” terangnya. (Kmf/Red)

TerPopuler