Ikon Wisata Kalianda Rusak Parah, Disparbud Lampung Selatan Dinilai Lalai Total

Senin, 08 Desember 2025

Ikon Wisata Kalianda Rusak Parah, Disparbud Lampung Selatan Dinilai Lalai Total

Senin, 08 Desember 2025,


BONGKARSELATAN.COM, LAMPUNG SELATAN – Kondisi mengenaskan tugu tiga topeng (Tuping) di kawasan wisata Dermaga Bom Kalianda semakin mempertegas buruknya tata kelola dan minimnya kepedulian Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dalam menjaga aset pariwisata daerah. Dua topeng yang hilang tanpa jejak dan satu yang tersisa dalam keadaan roboh, retak, dan tak terurus, menjadi potret nyata bagaimana ikon budaya justru dibiarkan hancur, Senin (8/12/2025).


Padahal tugu tiga topeng merupakan simbol budaya Lampung Selatan yang selama ini menjadi identitas visual Kota Kalianda. Keberadaannya bukan sekadar dekorasi, tetapi bagian dari wajah pariwisata daerah yang kerap diandalkan dalam promosi wisata. Kini, simbol kebanggaan itu justru tampak memalukan—mangkrak tanpa sentuhan perbaikan.


Yang membuat publik kian geram, kerusakan fatal ini terjadi hanya beberapa ratus meter dari kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lampung Selatan. Situasi tersebut menimbulkan pertanyaan serius mengenai kinerja instansi yang seharusnya bertanggung jawab penuh atas pengelolaan dan perawatan aset wisata.


Apa sebenarnya yang dikerjakan Disparbud selama ini?

Bagaimana mungkin ikon wisata utama dibiarkan rusak total tanpa tindakan darurat apa pun?


Pantauan lapangan menunjukkan kerusakan tidak hanya terjadi pada tugu tiga topeng. Berbagai fasilitas pendukung lain di kawasan Dermaga Bom juga sama memprihatinkan. Bangunan yang dulu difungsikan untuk kegiatan seni kini tampak kumuh, kotor, dan terbengkalai. Fasilitas publik sebagian rusak, lampu penerangan tidak berfungsi, dan sejumlah bangunan dibiarkan runtuh tanpa perbaikan. Aset daerah yang dibangun dengan dana besar seakan tidak memiliki pengawasan, tidak dirawat, dan tidak memiliki pemilik.


Meski kondisi kawasan terlihat jauh dari kata layak, masyarakat tetap ramai mendatangi Dermaga Bom untuk menikmati kuliner, bersantai, atau sekadar menyaksikan matahari terbenam. Namun rasa kecewa sulit terbendung.


“Ini tempat wisata utama. Masa tugu ikon daerah saja sampai begini rusaknya? Jangankan diperbaiki, dilirik saja tidak,” keluh seorang pengunjung yang ditemui wartawan.


Di tengah sorotan publik yang semakin besar, Disparbud Lampung Selatan justru belum menunjukkan itikad baik untuk memberikan klarifikasi maupun tindakan konkret. Plt Kadis Pariwisata, Intji Indriati, tidak merespons pesan WhatsApp meski telah terbaca. Sementara Sekretaris Dinas Pariwisata, Syaifuddin SE, MIP, hanya memberikan jawaban singkat tanpa kejelasan mengenai ketiadaan perawatan, keberadaan anggaran pemeliharaan, maupun status hilangnya dua topeng tersebut.


Pertanyaan mengenai apakah tugu Tuping memiliki anggaran pemeliharaan, berapa besaran biaya perawatan per tahun, serta alasan tidak adanya penanganan darurat, seluruhnya belum mendapatkan jawaban tegas dari pihak Disparbud.


Kondisi ini juga berbanding terbalik dengan program Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama yang gencar mempromosikan budaya dan pariwisata sebagai kebanggaan daerah. Namun kenyataan di lapangan justru memperlihatkan kontradiksi: ikon budaya rusak, fasilitas wisata hancur, dan instansi terkait terkesan abai.


Jika pembiaran terus terjadi, bukan hanya citra pariwisata Lampung Selatan yang dipertaruhkan, tetapi juga roda ekonomi UMKM yang selama ini bertumpu pada ramai-nya kunjungan wisatawan ke kawasan Dermaga Bom.


Hingga berita ini diterbitkan, Disparbud Lampung Selatan belum memberikan tanggapan resmi terkait rusaknya tugu tiga topeng dan fasilitas lainnya yang sudah lama dikeluhkan masyarakat.


(Tim)

TerPopuler