BONGKARSELATAN.COM, LAMPUNG SELATAN - Proyek rehabilitasi ruang kelas di SDN 3 Palembapang, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, yang menelan anggaran Rp410 juta dari Dinas Pendidikan, kini menuai dugaan penyimpangan. Alih-alih menghadirkan ruang belajar yang layak, pekerjaan di lapangan justru dinilai asal-asalan dan sarat kejanggalan, Sabtu (27/9/2025).Hasil pantauan Media di lapangan memperlihatkan praktik penggunaan material bekas bongkaran seperti kanal lama yang dipasang kembali. Kusen yang dipakai pun diduga bukan kayu standar sebagaimana mestinya, melainkan kualitas rendah. Akibatnya, dinding gedung tampak retak usai pembongkaran, memperlihatkan buruknya kualitas konstruksi sejak awal.Pengawas lapangan, Jailani, berdalih bahwa spesifikasi proyek hanya mencakup pemasangan kusen, plafon, atap/spandek, dan keramik. Namun faktanya, pekerjaan di lapangan tidak sesuai dengan spek yang tertera. Pernyataan pengawas bahwa “retakan bisa ditanggulangi dengan balok gantung atau penyanggah” memperkuat kesan proyek ini dikerjakan tanpa perhitungan matang.Lebih mengejutkan lagi, Direktur CV AR Techindo, Abdullah Firli Alfarabi, yang tercatat sebagai pelaksana proyek, mengaku perusahaannya hanya “dipinjam pakai” untuk kepentingan administrasi. Sementara pekerjaan sebenarnya dilakukan oleh rekanan lokal dari Bandar Lampung. Praktik pinjam bendera ini jelas melanggar aturan pengadaan barang dan jasa, sekaligus membuka ruang bagi dugaan kongkalikong antara kontraktor dan pihak dinas.Sejumlah pihak menilai, proyek dengan nilai ratusan juta rupiah ini rawan dimainkan untuk kepentingan pribadi. Lemahnya pengawasan Dinas Pendidikan Lampung Selatan semakin memperkuat dugaan adanya pembiaran terhadap praktik penyimpangan anggaran.
Masyarakat mempertanyakan, untuk siapa sebenarnya proyek rehabilitasi sekolah ini? Apakah benar untuk mendukung program pemerintah menuju Indonesia Emas atau sekadar menjadi ajang bancakan anggaran di level daerah?
Jika kondisi ini dibiarkan, bukan hanya keuangan negara yang dirugikan, tetapi juga masa depan anak-anak didik di Lampung Selatan yang terancam belajar di ruang kelas dengan kualitas bangunan jauh dari kata aman.(Red)





