LAMSEL (KALIANDA), BONGKARSELATAN.COM- Penggunaan material pada pengerjaan proyek rehabilitasi gedung P2 Dinas Kesehatan (Dinkes) Lampung Selatan (Lamsel) diduga tak sesuai spesifikasi.
Berdasarkan pantauan media Bongkar Selatan, proyek yang dikerjakan oleh CV. Jala Asyifa Konstruksi tersebut menggunakan material besi oplosan. Yakni, dengan mendominasikan besi jenis banci sebagai campuran besi SNI yang digunakan dalam pembangunan gedung tersebut.
Para pekerja, diketahui melakukan pengoplosan material besi banci ini dalam rangkaian besi balok penyanggah tiang gedung. Rangkaian besi yang digunakan berukuran 16 mm dan 10 mm.
Saat dikonfirmasi, salah seorang pekerja dilokasi proyek rehabilitasi gedung itu enggan komentar. Mereka hanya menjelaskan secara teknis apa yang telah mereka kerjakan.
"Kami hanya bekerja disini dan ini atas perintah mandor saya, kalau masalah material kami hanya terima ada di lokasi." Ujar pekerja tersebut yang tidak ingin di sebutkan namanya, kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Senada juga dikatakan pekerja lainnya, yang menyatakan bahwa material besi yang di pakai terdapat dua macam. Yaitu besi ukuran 16 mm jenis ulir SNI dan besi ulir banci.
"Kalau yang besi 16 ulir kes bulat bang bentuknya, kalau besi 16 ulir yang banci bentuk nya gepeng lebar kayak ada kupingnya ini,"ungkapnya.
Sayangnya, hingga berita ini diterbitkan, media Bongkar Selatan belum berhasil melakukan konfirmasi kepada bos CV. Jala Asyifa Konstruksi, terkait penggunakan material besi oplosan. Sebab, berulang kali media ini berupaya menemui dilokasi proyek, pihak yang bersangkutan tak pernah ada.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, penggunaan besi banci pada pembangunan khususnya bangunan gedung memiliki potensi yang membahayakan. Sebab, ukurannya diameter tidak sebanding dengan ukuran toleransi.
Jika besi full, ukuran diameter besi sesuai dengan ukuran sebenarnya. Sementara, ukuran toleransi sangat minim. Namun, jika pada besi banci, ukuran diameter dapat berpotensi memiliki penurunan besar. Sebab, besaran ukuran toleransinya bisa mencapai 0,5 mm pada besi diameter 10 mm.
Tentu saja, dari selisih ukuran besi tersebut berpotensi mengurangi kualitas bangunan utamanya pada tiang cor yang menggunakan penguatan besi pada struktur material betonnya.
Selain itu, besi banci memiliki harga yang miring dibandingkan besi full yang seharusnya digunakan pada proyek pemerintah sesuai SNI. Dengan begitu, maka indikasinya pihaknya kontraktor mendapatkan keuntungan lebih besar.
(KHO/ROP)